Kamis, 25 Agustus 2011

MENJADI “PEMIMPIN” YANG BAIK DI ORGANISASI ANDA

Pemimpin dalam Kehidupan Sosial
Di dalam kehidupan masyarakat, selalu dapat ditemukan adanya pemimpin (leader) dan pengikut (pengikut), adanya kepemimpinan (leadership) dan kepengikutan (followership). Sehubungan dengan itu dapat dikatakan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah gejala sosial (social/group phenomenon). Sejarah manusia dari abad ke abad membuktikan bahwa kehidupan setiap kelompok sosial tidak terlepas dari manusia-manusia besar yang memimpinnya.
Pemimpin itu jumlahnya tidak banyak, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap hidup dan kehidupan kelompok. Tanpa adanya pemimpin tidak akan ada organisasi dan perkembangan sosial. Namun demikian tidak akan ada pemimpin yang tanpa pengikut. Pemimpin dan pengikut adalah dwitunggal yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.
Setiap individu memiliki kedua status tersebut, artinya dalam situasi tertentu seseorang dapat berstatus sebagai pemimpin, dan pada situasi lain berstatus hanya sebagai pengikut. Masalah pemimpin dan dan kepemimpinan, tidak terlepas dari pribadi pemimpin, peranan pengikut dan situasi sosial yang melingkunginya.
Perbedaan Pemimpin (leader) dan Kepemimpinan (leadership) dengan Pimpinan (Manager) dan Kepimpinan (Management)
Dalam kehidupan sehari-hari, tiada jarang istilah pemimpin dan kepemimpinan disamakan dengan istilah pimpinan dan kepimpinan. Praktek yang sedemikian sebenarnya kurang tepat, oleh karena antara kedua istilah itu ada perbedaannya, yaitu sebagai berikut:
1) Dalam bahasa asing, untuk pemimpin biasanya dipergunakan istilah leader, sedangkan untuk pimpinan digunakan istilah manager, eksekutif atau administrator. Kegiatan pimpinan itu biasanya disebut management yang diterjemahkan oleh beberapa pihak dengan kepimpinan, sedangkan kegiatan pemimpin disebut leadership atau kepemimpinan.
2) Lebih mudah menjadi pimpinan daripada menjadi pemimpin, karena pimpinan diangkat oleh atasan (titular leader), sedangkan pemimpin tumbuh dan muncul dari bawah (real leader). Secara intrinsik, supervision, management dan administration berhubungan dengan tingkat-tingkat di dalam organisasi, sedangkan leadership dapat dilakukan oleh siapa saja sesuai dengan situasi, yang menentukan jenis leadership yang dibutuhkan.
3) Management merupakan fungsi status atau wewenang (authority, power, perintah, paksaan, force, dan bersifat resmi), sedangkan leadership merupakan kualitas hubungan atau interaksi antara pemimpin dan pengikut (persuasi, pengaruh, wibawa, dan tidak resmi) dalam situasi tertentu.
4) Management selalu diarahkan kepada pencapaian tujuan organisasi, sedangkan leadership dapat diarahkan untuk mewujudkan keinginan pemimpin.
5) Management mempergunakan input berupa logika, rasio, finansial, bersifat impersonal, analitis dan kwantitatif, sedangkan leadership merupakan faktor-faktor pemimpin, pengikut dan situasi.
6) Management memiliki sumber-sumber organisasi yang luas untuk mendorong bawahan guna berperilaku sebagaimana yang dikehendaki, lebih lanjut ia bertanggung jawab kepada management yang lebih tinggi. Sedangkan leadership terutama menggantungkan diri pada personal resources (sumber-sumber yang dimiliki sendiri) untuk mendorong orang lain guna melakukan sesuatu yang diinginkan. Ia terutama bertanggung jawab pada orang-orang yang mendukungnya, yaitu para pengikutnya.


Tipe-tipe Pemimpin
Setiap penulis mengemukakan tipe-tipe (tipologi) pemimpin yang berbeda. Beraneka ragam tipe-tipe itu timbul karena sudut tinjauannya berbeda, meskipun yang dipelajari proses yang sama.
Dalam hubungan ini, hendaknya dimaklumi bahwa istilah tipe mengandung pengertian yang tidak fixed dan definitif, tetapi lebih bersifat arbitrair, oleh karena garis batas antara tipe-tipe itu tidak jelas. Tipe-tipe itu tumpang tindih satu dengan yang lainnya dan tidak selalu mutually exclusive, artinya tipe-tipe itu mengandung ciri-ciri yang tidak seluruhnya berlainan. Ciri-ciri tertentu yang yang terkandung di dalam suatu tipe mungkin juga terdapat pada tipe-tipe yang lain, meskipun dalam rangkainan ciri-ciri lain yang berbeda.
Cara bertindak seorang pemimpin, dapat didorong oleh kecenderungan pribadi oleh keinginannya untuk menguasai situasi yang dihadapi. Dalam hal tindakan seorang pemimpin didorong oleh kecenderungan pribadi, maka yang dibicarakan adalah tipe. Tetapi apabila itu didorong oleh keinginannya untuk mengatasi dan menguasai situasi yang dihadapi, maka tindakan itu menunjuk kepada metode kepemimpinan yang dipergunakan. Dalam hal ini kadang-kadang harus melawan kecenderungan pribadinya.
Setiap pemimpin mempunyai kecenderungan untuk mempergunakan jenis kepemimpinan tertentu. Penonjolan ini dapat dilihat dengan jelas pada saat ia mempergunakan jenis kepemimpinan yang tidak tepat pada situasi tertentu. Itupun telah dilakukan tanpa melawan dengan kecenderungan pribadi. Misalnya dalam keadaan darurat ia mempergunakan kepemimpinan yang demokratis. Dalam hubungan ini jenis kepemimpinan yang diterapkan itu dikatakan tidak tepat, oleh karena pada hematnya yang penting untuk saat itu ialah usaha-usaha untuk menguasai situasi dan untuk itu dibutuhkan ciri-ciri atau kepemimpinan yang dapat menjamin penguasaan situasi.
Namun, demikian para pemimpin pada umumnya mempergunakan pendekatan yang berlainan terhadap situasi yang berbeda, dengan pengharapan akan dapat mengatasi dan menguasai situasi yang dihadapi. Dengan kata lain mereka mereka berusaha mempergunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan perubahan kondisi.

Tipe-tipe Berdasarkan Sikap Pemimpin Terhadap Kekuasaan atau Organisasi
Berdasarkan sikap pemimpin terhadap kekuasaan dan organisasi, dikenal 5 tipe pemimpin, yaitu sebagai berikut:
1) Climbers, ialah tipe pemimpin yang selalu haus akan kekuasaan, prastige dan kemajuan diri, berusaha maju terus menerus dengan kekuasaan sendiri, oportunistis, agresif, suka dan mendorong perubahan dan perkembangan dan berusaha berombak terus menerus.
2) Conservers, ialah tipe pemimpin yang mementingkan jaminan dan keenakan, mempertahankan statusquo memperkuat posisi yang telah dicapai, menolak perubahan, defensifda statis. Tipe ini biasanya terdapat pada middle management atau dimiliki oleh parapejabat yang sudah lanjut usia.
3) Zealots, ialah tipe pemimpin yang bersemangat untuk memperbaiki organisasi, mengutamakan tercapainya tujuan, mempunyai visi, menyendiri aktif, agresif, bersedia menghadapi segala permusuhan dan pertentangan, tegas, mempunyai dorongan yang keras untuk maju, tidak sabaran untuk mengadakan perbaikan dan menentukan sesuatu yang baru, mementingkan kepekaan daripada human relations.
4) Advocates, ialah tipe pemimpin yang ingin mengadakan perbaikan organisasi, terutama bagiannya sendiri, mementingkan kepentingan keseluruhan organisasi daripada kepentingan diri sendiri, pejuang yang gigih dan bersemangat untuk kepentingan orang-orang dan programnya, bersedia menghadapi pertentangan apabila mendapat dukungan dari kolega-koleganya, sangat responsif terhadap ide-ide dan pengaruh orang lain, keluar bersedia mempertahankan kelompok dengan tindakan partisan, ke dalam bersikap jujur dan tidak menyebelah.
5) Statesmen, ialah tipe pemimpin yang mementingkan tujuan organisasi secara keseluruhan dan misi organisasi, berusaha berdiri di atas kepentingan-kepentingan, tidak menyukai pertentangan yang merugikan pihak-pihak yang bersangkutan, berusaha mempertemukan pertentangan.

Tipe-tipe Berdasarkan Kekuasaan
Dalam hubungannya dengan kekuasaan, tipe pemimpin dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Autoraic leader, ialah tipe pemimpin yang menggantungkan terutama pada kekuasaan formalnya, organisasi dipandang sebagai milik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, hak dan wewenang adalah milik pribadi. Leadership adalah hak pribadi, bawahan adalah alat, ia harus mengikuti saja, tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, tidak mau menerima kritik, saran atau pendapat, tidak mau berunding dengan bawahan, keputusan diambil sendiri, memusatkan kekuasaan untuk mengambil keputusan, mempergunakan intimidasi, paksaan atau kekuatan dan mengagungkan diri.
2) Partcipative leader, juga disebut pemimpin yang demokratis, ialah tipe pemimpin yang memandang manusia adalah manusia yang termulia, memimpin dengan persuasi dan memberikan contoh, memperhatikan perasaan pengikut, mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi pengikut, mengutamakan kepentingan organisasi dan kepentingan pengikut, senang menerima saran, pendapat atau kritik, menerima partisipasi informil dari kelompok, memanfatkan pendapat-pendapat kelompok, menunggu persetujuan kelompok, menunggu persetujuan kelompok, berunding dengan pengikut, mengutamakan kerja sama, mendesentralisasikan wewenang, memberikan kebebasan untuk bawahan untuk bertindak, menstimulir inisiatif, mendorong partisipasi pengikut dalam pengambilan keputusan, memberikan informasi yang luas kepada pengikut, membuat pengikut lebih sukses.
3) Free rein leader, disebut juga pemimpin yang liberal, ialah tipe pemimpin yang menghindari kekuasaan, tergantung pada kelompok anggota, kelompok memotivasikan diri sendiri, hanya bertindak sebagai perantara dengan dunia luar untuk menyajikan informasi kepada kelompok, tidak berhasil memahami sumbangan management, tidak dapat memahami peranan motivasi yang diberikan dan melakukan pengendalian yang minimal.

Tipe-Tipe Berdasarkan Orientasi Pemimpin
Tipe-tipe berdasarkan orientasi pemimpin, terdiri dari dua golongan pemimpin, yaitu pemimpin yang berorientasi pada pengikut atau pegawai, dan pemimpin yang berorientasi pada produksi.

Tipe-tipe Berdasarkan Cara Memotivasi
Dalam hal ini, terbagi dalam tipe pemimpin yang positif dan pemimpin yang positif. Pemimpin yang negatif, ialah tipe pemimpin yang menekankan kepada perangsang yang bersifat negatif, misalnya ancaman, hukuman dan lain-lain. Sedangkan tipe pemimpin yang positif, ialah pemimpin yang dalam memotivasikan pengikutnya menekankan pada pemberian hadiah.

Tipe-tipe Berdasarkan Segi Landasan yang Dipergunakan Untuk Mempengaruhi Pengikut
Dari segi landasan yang dipergunakan oleh pemimpin untuk mempengaruhi pengikut, dapat diklasifikasikan pemimpin dalam 3 kategori sebagai berikut:
1) Pemimpin tradisional, berusaha mempengaruhi pengikutnya berdasarkan tradisi yang ada.
2) Pemimpin yang kharismatik, mempergunakan kharismanya (kesaktian, kekuatan gaib)
3) Pemimpin rasional, kadang-kadang disebut pemimpin birokratis oleh karena pemimpin tipe ini biasanya terdapat di dalam organisasi birokratis, mempergunakan rasio untuk mempengaruhi pengikutnya.

Tipe-tipe Pemimpin Berdasarkan Kepribadiannya
Tipe-tipe pemimpin berdasarkan kepribadiannya terdiri dari 6 macam sebagai berikut:
1) Tipe ekonomis, tipe yang perhatiannya dicurahkan kepada segala sesuatu yang bermanfaat dan praktis.
2) Tipe aesthetis, yaitu tipe yang berpendapat bahwa nilai yang tertinggi terletak pada harmoni dan individualitas.
3) Tipe teoritis, yaitu tipe yang perhatian utamanya ialah menemukan kebenaran hanya untuk mencapai kebenaran, perbedaan dan rasionalitas.
4) Tipe sosial, yakni tipe pecinta orang lain, tujuan akhirnya adalah orang lain. Berhubungan dengan sifatnya yang ramah tamah, simpatik, dan tidak mementingkan diri sendiri.
5) Tipe politis, yaitu tipe yang perhatian utamanya diarahkan kepada kekuasaan, menginginkan kekuasaan perseorangan, pengaruh dan reputasi.
6) Tipe religious, yaitu tipe yang berpendapat bahwa bahwa nilai yang tertinggi ialah pengalaman yang memberikan kepuasan tertinggi dalam kehidupan spritual dan bersifat mutlak.

Referensi
Berbagai Sumber

Buatlah Gaji Mengejar Anda

Gaji dari waktu ke waktu, selalu menarik dibicarakan. Ia selalu menjadi hot issue dimana pun, terutama di awal tahun ketika banyak perusahaan yang merencanakan atau memberikan kenaikan gaji untuk karyawannya. Ia bisa membuat orang bahagia, sedih, iri, marah, atau terkagum – kagum. Bahagia karena gaji yang diterima sesuai dengan yang diinginkan atau melebihi ekspektasi. Sedih karena gaji tidak naik atau yang diterima tidak sesuai dengan harapan. Iri karena melihat rekan – rekannya ternyata mendapatkan gaji lebih tinggi. Marah karena perusahaan tempatnya bekerja tidak menghargai secara layak. Dan, kita bias terkagum – kagum ketika melihat profesional muda bergaji tinggi dan menjadi rebutan banyak perusahaan.
Mendapatkan gaji yang layak tentulah dambaan karyawan atau professional perusahaan. Dan, sesungguhnya memang tak ada yang salah dengan menuntut gaji yang layak. Itu hal yang wajar. Terlebih, jika seorang karyawan / profesional sudah merasa memberikan kontribusi yang semestinya sesuai yang diharapkan perusahaan. Sebaliknya, perusahaan juga berkewajiban memberikan gaji yang pantas kepada karyawannya.
Namun, harus diakui kondisi ideal itu tak selalu dapat terpenuhi. Penyebabnya macam – macam, seperti cash flow perusahaan yang sedang seret, kinerja keuangan perusahaan yang memburuk, krisis ekonomi, hingga kebijakan remunerasi yang buruk. Kalau penyebabnya yang terakhir, memang tak bisa dibenarkan. Hanya saja, kalau perusahaan tidak bisa memenuhi harapan karyawan karena kondisi perusahaan yang sedang memburuk atau krisis ekonomi, seyogianya karyawan bisa memahami.
Tantangannya adalah bagaimana kesediaan karyawan memahami kondisi perusahaan itu keluar dari hati yang paling dalam, bukan karena terpaksa. Apabila kondisi itu tercipta, mereka tetap termotivasi untuk memberikan yang terbaik untuk perusahaan, karena, pada dasarnya, mereka juga ingin perusahaan tumbuh dengan baik. Dan, itu bisa terjadi bila selama ini perusahaan telah membuktikan diri “berlaku baik” kepada karyawan / profesional yang dimilikinya.
Terlebih, di era talent war yang begitu sengit seperti sekarang, perusahaan memang tidak bisa sembarangan memberikan gaji ataupun kompensasi untuk karyawan atau profesional terbaiknya. Pasalnya, jika talenta – talenta terbaik itu tidak puas, kemungkinan mereka meninggalkan perusahaan tinggi karena banyak perusahaan lain yang menunggu mereka. Ini akan menimbulkan kerugian yang tak ternilai bagi perusahaan itu sendiri.


Salah satu hal yang dibutuhkan untuk mempertahankan talenta terbaik adalah perusahaan harus memiliki sistem remunerasi yang baik, yang diketahui dan mudah dipahami karyawan. Merahasiakan sistem atau metode remunerasi atau penggajian bukan kebijakan yang tepat karena mudah sekali menimbulkan syak wasangka, yang bisa berujung pada munculnya kekhawatiran, gosip, demotivasi dan ketidakbahagiaan – kondisi yang kita semua tentu tidak menginginkannya karena bisa memperburuk lingkungan kerja dan kinerja perusahaan.
Sistem penetapan gaji yang lebih transparan yang dibuat oleh perusahaan akan berdampak positif terhadap moral dan motivasi karyawan. Betul, kompensasi individual adalah sesuatu yang konfidensial, tetapi metode dalam penentuan gaji maupun kompensasi – termasuk penghitungan kenaikan tentunya – haruslah jelas dan mudah dipahami. Malah, sistem remunerasi yang baik dan dipahami karyawan bisa membantu organisasi menciptakan budaya kerja yang diinginkan.
Bagi karyawan atau profesional, mengharapkan gaji yang lebih tinggi adalah hal yang lumrah. Bahkan, seyogjanya harapan seperti itu terus dihidupkan agar termotivasi untuk melakukan yang terbaik dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian kinerja perusahaan. Akan tetapi, fokusnya bukan pada menuntut dan terus menuntut kenaikan gaji, melainkan pada bagaimana membuat perbedaan atas kompetensi mereka dibandingkan dengan yang lain. Bahkan kalau bisa, kompetensi yang dimiliki itu tidak pasaran, sehingga menjadi kompetensi langka yang sangat dibutuhkan perusahaan. Tentu saja, tak cukup hanya itu, Anda juga harus menunjukkan passion dalam bekerja, serta memiliki karakter dan attitude yang positif. Pada posisi seperti ini, Anda tidak perlu mengejar kenaikan gaji, karena gaji yang mengejar Anda.
Telah banyak contoh yang kita lihat disekitar kita, profesional yang mendapatkan imbalan, baik karena prestasinyadi tempat kerjanya maupun dibajak perusahaan lain, yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata – rata profesional seusianya plus posisi yang mentereng di perusahaan. Kalangan profesional / eksekutif yang masuk dalam barisan C-League (eksekutif yang dicari perusahaan) yang kami tampilkan dalam Sajian Utama (SWA Magazine) ini adalah sebagian orang – orang yang dalam posisi seperti itu. Mereka yang pindah ke perusahaan lain, kalau ditanya tentang alasannya, jawabannya kebanyakan bukanlah karena uang atau gaji, melainkan tantangan yang diberikan. Bisa jadi, mereka memang tak perlu memikirkan besarnya gaji yang akan mereka terima. Bukan berarti mereka tidak perlu gaji atau kompensasi tinggi, serta insentif dan bonus lainnya, tetapi mereka sudah paham, gajilah yang kini mengejar mereka. Jadi, untuk apa lagi dipikirkan? (Saduran)

Referensi
Djawahir, Kusnan M. Buatlah Gaji Mengejar Anda. SWA, Edisi  28 Juli – 10 Agustus 2011

Senin, 15 Agustus 2011

Bauran Promosi sebagai Bagian dari Bauran Pemasaran

Menurut AMA (American Marketing Association: 2011), pemasaran merupakan kegiatan pemasar untuk menjalankan suatu bisnis (profit atau nonprofit) guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang dan atau jasa, menetapkan harga, mendistribusikan, serta mempromosikannya melalui proses pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan. Agar dapat mencapai tujuan pemasaran, yaitu memuaskan customer’s needs & wants, organisasi perlu merumuskan Marketing Plan yang efektif.
Salah satu bagian yang terpenting di dalam Marketing Plan adalah Marketing Mix (Bauran Pemasaran). Kotler (2000), mendefinisikan bauran pemasaran sebagai kelompok kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Sementara menurut Marius P. Angipora (1999), bauran pemasaran adalah perangkat variabel-variabel pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Jerome Mc-Carthy (2004), merumuskan bauran pemasaran menjadi 4 komponen P (Product, Price, Promotion dan Place) yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.      Produk
Setiap perusahaan di dalam mempertahankan dan meningkatkan penjualan dan share pasarnya, perlu mengadakan usaha penyempurnaan dan perubahan produk yang dihasilkan ke arah yang lebih baik, sehingga dapat memberikan daya guna dan daya pemuas serta daya tarik yang lebih besar. Strateginya adalah menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para konsumennya dan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan share pasar. Dalam strategi marketing mix, strategi produk merupakan unsure yang paling penting karena dapat mempengaruhi strategi pemasaran lain. Strategi produk yang dapat dilakukan mencakup keputusan tentang acuan/bauran produk (Product Mix), merk dagang (Brand), cara pembungkusan atau kemasan produk (Product Packaging), tigkat mutu/kualitas dari produk dan pelayanan (services) yang diberikan. Tujuan utama strategi produk adalah untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju dengan meningkatkan kemampuan bersaing atau mengatasi persaingan.
2.      Harga
Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan. Dalam penentuan baik untuk harga jual atau harga beli pihak bank harus berhati-hati. Sebab, kesalahan dalam penentuan harga akan menyebabkan kerugian bagi bank. Dalam menentukan harga harus dipertimbangkan berbagai hal, misalnya tujuan penentuan harga tersebut, hal ini disebabkan dengan diketahuinya tujuan penentuan harga tersebut menjadi mudah. Sedangkan tujuan penentuan harga secara umum adalah sebagai berikut:
a)      Untuk bertahan hidup.
b)      Untuk memaksimalkan laba.
c)      Untuk memperbesar market share.
d)     Mutu produk.
e)      Karena pesaing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga:
a)      Kebutuhan dana
b)      Persaingan
c)      Kebijaksanaan pemerintah
d)     Target laba yang diinginkan
e)      Jangka waktu
f)       Kualitas jaminan
g)      Reputasi perusahaan
h)      Produk yang kompetitif
i)        Hubungan baik
3.      Place / Saluran Distribusi
Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan dibidang pemasaran, setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk ke tangan konsumen atau si pemakai pada waktu yang tepat. Yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah lembaga-lembaga yang memasarkan produk berupa barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen. Bentuk pola saluran distribusi dapat dibedakan menjadi:
a)      Saluran langsung: Produsen → konsumen
b)      Saluran tidak langsung:
a.        Produsen → Pengecer → Konsumen
b.      Produsen → Pedagang besar / menengah → Pengecer → Konsumen
c.       Produsen → Pedagang besar → Pedagang menengah → Pengecer → Konsumen


4.      Promosi
Bauran promosi meliputi berbagai metode, yaitu Iklan, Promosi Penjualan, Penjualan Tatap Muka dan Hubungan Masyarakat. Menggambarkan berbagai macam cara yang ditempuh perusahaan dalam rangka menjual produk ke konsumen.
Dalam tulisan ini kita akan sedikit membahas secara ringkas mengenai promosi atau yang sering disingkat dengan promo yang sudah pasti tidak asing lagi dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan dilakukannya kegiatan promosi perusahaan, organisasi atau individual yang melakukan usaha mengharapkan adanya peningkatan angka penjualan dan keuntungan. Beberapa contoh-contoh promosi / promo dalam keseharian kita:
·         Kirim 1 sms dapat 5 sms ke sesama operator
·         Beli satu bungkus cukuran kumis dapat satu gratis
·         Beli 3 barang Rp. 10.000,- beli satu barang Rp. 4.000,-
·         Diskon 70% untuk produk pakaian tertentu di department store
·         Beli paket fast food di sore hari dapat harga khusus
·         Pasang iklan di tv dan radio agar banyak orang tahu produk perusahaan

Definisi Promosi
Banyak yang mencoba mendefinisikan promosi sesuai dengan disiplin ilmu dan perspektif mereka. Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkannya. Menurut Stanson (1999), promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklarian, penjualan personal dan alat promosi yang lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan. Sedang menurut Lamb, Hair, Mc-Daniel (2001), promosi adalah komunikasi dari para penjual yang menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan pora calon pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi pendapat mereka atau memperoleh suatu respon. Lain halnya dengan Wikipedia (2011) yang mendefinisikan promosi sbb:
It is the communication link between sellers and buyers for the purpose of influencing, informing, or persuading a potential buyer's purchasing decision.

Tujuan Promosi
Ada beberapa tujuan yang terdapat dalam promosi yaitu:
1.      Menginformasikan
·         Menginformasikan ke pasar mengenai produk terbaru
·         Mendeskripsikan pelayanan yang tersedia
·         Mengemukakan manfaat terbaru dari sebuah produk
·         Meluruskan pendapat yang keliru terhadap produk dan perusahaan
·         Menginformasikan ke pasar mengenai perubahan harga jual
·         Mengurangi ketakutan buyer terhadap produk kita
·         Menjelaskan bagaimana produk tersebut dapat diambil manfaatnya
·         Membangun image perusahaan.
2.      Membujuk
·         Membangun brand preference.
·         Merayu buyers untuk melakukan pembelian saat ini
·         Meningkatkan pemilihan terhadap merek kita
·         Membujuk buyers untuk melakukan transaksi penjualan
·         Merubah persepsi buyer terhadap atribut – atribut produk kita
3.      Mengingatkan
·         Mengingatkan buyers mengenai kemungkinan penggunaan produk kita di masa depan
·         Menempatkan produk kita ke dalam ingatan buyers pada saat penjualan menurun
·         Mengingatkan buyers dimana bisa membeli produk kita
·         Menjaga produk kita agar menjadi nomor satu dibenak buyers (top-of-mind)

Bentuk Promosi
Terdapat 2 (dua) tipe promosi, yaitu:
1.      Above the line promotion: Promosi yang menggunakan mass media (e.g. TV, radio, koran, internet, mobile phones, dan, secara historis, lagu ilustrasi produk atau jasa) dimana perusahaan atau pengiklan membayar advertising agency tertunjuk untuk menempatkan iklan produk atau jasa perusahaan tersebut
2.   Below the line promotion: Bentuk promosi selain yang tersebut di atas. Ini dimaksudkan agar konsumen mengetahui bahwa terdapat bentuk promosi di sekitar mereka. Contoh dari tipe ini adalah sponsorship, penempatan produk, testimonials, promosi penjualan, merchandising, direct mail, penjualan perorangan, hubungan masyarakat, pameran / trade shows.

Bauran Promosi (Promotional Mix)
Menurut Kotler dan Gary A. (2000). Bauran promosi adalah ramuan khusus dari iklan pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat yang dipergunakan perusahaan untuk mencapai tujuan iklan dan pemasarannya. Menurut Basu Swastha (1999), promotional mix adalah “Kombinasi Strategi yang paling baik dari variabel-variabel Periklanan, Personal Selling dan alat Promosi lainnya, yang kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan”. Kotler (2005: 264-312), mengatakan bahwa unsur bauran promosi (promotion mix) terdiri atas lima perangkat utama, yaitu:
1.    Advertising : merupakan setiap bentuk presentasi dan promosi non personal yang memerlukan biaya tentang gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor yang jelas. Bisa melalui iklan media massa yang ada, atau iklan luar ruangan seperti pemasangan billboard, spanduk dan poster.
2.    Sales Promotion: berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. Meliputi pajangan-pajangan di sejumlah titik/lokasi penting pemasaran, bingkisan, discount, kupon belanja.
3.    Public relation and publicity: berbagai program untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya. Aplikasi dari komponen ini adalah ikut serta atau mengadakan acara - acara tertentu yang sifatnya tidak murni profit orientes dengan instansi lain, misalkan dengan menggelar acara malam bakti sosial atau penggalangan dana.
4.  Personal Selling: Interaksi langsung dengan calon pembeli atau lebih untuk melakukan suatu presentasi, menjawab langsung dan menerima pesanan. Contohnya adalah Sales presentations, pertemuan / seminar penjualan. Intinya adalah dapat bertatap muka secara langsung atau melalui telepon.
5.   Direct marketing: penggunaan surat, telepon, faksimil, e-mail dan alat penghubung nonpersonal lain untuk berkomunikasi secara dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

Referensi
Berbagai sumber di Internet